TUGAS MAKALAH
KLINIK RUTIN (T)
“PEMERIKSAAN FAECES & SPUTUM”

DISUSUN
OLEH :
NAMA
:
TAKBIR ALAM
NIM
:
AK.14.057
KELAS
:
ANALIS B
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN
KENDARI
2015
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah,
sebagai wujud kefitraan hati penyusun
menghaturkan
sembah sujud, dan puji syukur kehadirat Allah S.W.T. sekaligus penghambaan
kepada-Nya, serta shalawat dan salam penyusun tunjukan kepada Nabi Muhammad
S.A.W sebagai junjungan penyusun
sehingga
penyusun dapat
menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul “PEMERIKSAAN FEACES DAN SPUTUM” dengan tepat waktu.
Dalam
penyelesaian makalah
ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, atas segala bantuan,
saran, arahan, serta dukungan yang
diberikan sebagai motivasi sehingga kita
semua
dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan penyusun
dalam segi pengetahuan, tenaga, materi, maupun
waktu. Oleh karena itu, saran, kritikan, dan sebagainya yang bersifat membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kendari, Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................................
2. Rumusan Masalah....................................................................................
3. Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Feses.....................................................................................
1. Bau
Feses...........................................................................................
2. Dekomposisi Feses ...........................................................................
3. Warna Feses.......................................................................................
4. Pemeriksaan
Feses ............................................................................
B.
Pengertian Sputum
1. Jenis pemeriksaan Sputum.................................................................
2. Cara pemeriksaan Sputum.................................................................
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan.........................................................
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan..............................................................................................
2.
Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam menentukan
diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorim yaitu pemeriksaan
spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu
tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel
dari penderita. Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak,
sekret vagina, dan sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan uji
lainnya sebagai penunjang. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan
tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau
perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain.
Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan
potensial membahayakan.
Tes atau pemeriksaan
dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi
klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan pemeriksaan
terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan
cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatan
pun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya
tes pun dapat meningkat.
2.
Rumusan Masalah
A. Feaces
1. Bau feaces
2. Dekomposisi feaces
3. Warna feaces
4. Pemeriksaan feaces
B. Sputum
1. Jenis pemeriksaan sputum
2. Cara pemeriksaan sputum
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan
3.
Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian
dari feses dan sputum
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan
feses dan sputum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Feaces(Tinja)
Tinja merupakan semua benda atau zat yang
tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja
(faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Dalam keadaan
normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol,
skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x /
hari – 3x / minggu.
1.
Bau Feses
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh
aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau
khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang
dapat mengurangi bau feses atau tinja.
2.
Dekomposisi Tinja
Tinja
dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil,
tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses
dekomposisi adalah :
Pemecahan
senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea,
menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil;
Pengurangan volume
dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan
yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak,
dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer;
Penghancuran organisme
pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses
dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam massa
yang tengah mengalami dekomposisi.
3.
Warna Feses
Feses
umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang
juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan
hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan
dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada
feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi
medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna
feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.
4.
Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan
Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai bahan
pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.
1. Indikasi Pemeriksaan :
v Adanya diare dan konstipasi
v Adanya ikterus
v Adanya gangguan pencernaan
v Adanya lendir dalam tinja
v Kecurigaan penyakit gastrointestinal
v Adanya darah dalam tinja
2. Syarat Pengumpulan Feces :
v Tempat harus bersih, kedap, bebas
dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda
simpan pada almari es.
v Pasien dilarang menelan Barium,
Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
v Diambil dari bagian yang paling
mungkin memberi kelainan.
v Paling baik dari defekasi spontan
atau Rectal Toucher pemeriksaan tinja sewaktu
v Pasien konstipasi Saline Cathartic
v Kasus Oxyuris Schoth Tape &
object glass
v Alur pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan,
Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan tinja, serta Pelaporan hasil
pemeriksaan.
Jika
akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang
tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur patologik
biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat
dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative),
+, ++ atau +++ saja.

o Pemeriksaan
makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah,
lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati,
yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
o Pemeriksaan
mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit,
epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi
saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus
diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
·
Pemeriksaan
kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen,
Bilirubin dalam feses / tinja.
B.
Sputum
Sputum
(dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan
ecpectoratorian (Dorland, 1992).
Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan
dan berasal dari tenggorokan, hidung
atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan diperiksa.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat
penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap
inflamasi dengan meningkatkan keluaran
sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
1) Jenis
Pemeriksaan Sputum
1.
Pewarnaan gram :
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan
informasi tentang jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2. Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan
untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna menegakkan diagnosis definitif.
3.
Sensitifitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi
sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik yang
mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum.
4.
Basil tahan asam (BTA) :
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk
menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa, yang setelah dilakukan
pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam
5.
Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk
mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung
runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat
sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak
terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat
tidak meruntuhkan sel.
6.
Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai
72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus sering dilakukan untuk menentukan apakah
sekresi merupakan saliva, lendir, pus, atau bukan. Jika bahan yang
diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi parenkim paru
(pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif, klien diberikan wadah khusus untuk
mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam. Jumlah serta
karakter isinya dicatat dan diuraikan.
2) Cara
Pemeriksaan Sputum
a.
Perlengkapan :
1. Wadah
spesimen steril dengan penutup,
2. Sarung
tangan disposable (bila membantu klien),
3. Disinfektan
dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,
4. Handuk
kertas,
5. Label yang
berisi lengkap,
6. Slip
permintaan laboratorium yang terisi lengkap,
7. Obat kumur.
b. Persiapan
Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan
peralatan yang sesuai.
c. Pelaksanaan
1.
Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan,
mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama.
Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi
selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:
a.
Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara
mendapatkan spesimen
sputum,
b.
Jangan menyentuh bagaian dalam wadah spesimen,
c.
Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,
d.
Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
e.
Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri
saat batuk,
f.
Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum
cukup analisis),
g.
Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
2. Berikan
privasi klien.
3. Berikan
bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan spesimen :
a. Bantu
klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau-
semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi
dan ekspansi paru yang maksimum.
b.
Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien
yang tidak dapat melakukannya, pasang
sarung tangan dan pegang bagian luar wadah
tersebut untuk klien.
c.
Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi yang dalam memberikan udara yang cukup untuk
mendorong sekresi keluar dari jalan
udara ke dalam faring.
d.
Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya, pastikan sputum tidak kontak dengan bagian
luar wadah. Memasukan sputum ke dalam
wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
e.
Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
f.
Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah
akan mencegah penyebaran mikroorganisme
secara tidak sengaja ke tempat lain.
g.
Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan
untuk membersihkan seluruh bagian
luar wadah dengan sabun cair dan
air dan kemudian mengeringkannya dengan
handuk kertas.
h.
Lepas dan buang sraung tangan.
4. Pastikan
klien merasa nyaman :
a.
Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
b.
Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara maksimal, bila diperlukan.
5. Beri label
dan bawa spesimen ke laboratorium.
a.
Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan
laboratorium. Tempelkan label dan
lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen. Identifikasi dan/atau informasi yang tidak
akurat pada wadah spesimen dapat membuat
kesalahan diagnosis atau terapi.
b.
Atur agar spesimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan.
Kultur bakteri harus segera dimulai
sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan berkembang baik sehingga memberikan hasil
positif palsu.
6. Dokumentasikan
semua informasi yang relevan.
Dokumentasikan pengumpulan spesimen
sputum pada catatan klien.
Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket,
atau encer), adanya hemoptisis (darah
pada sputum), bau sputum, tindakan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan sputum (mis., drainase
postural), jumlah sputum yang dihasilkan
secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien.
3)
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeriksaan
Sputum
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari,
dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sputum adalah
3 kali pengambilan sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S),
yaitu ketika penderita pertama kali datang; Sputum pagi (P), keesokan harinya
ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah
bangun tidur), Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium,
penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh
menyikat gigi. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien
mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum. Sebelum
mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien
harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukkan pertama
(first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat
(dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah
penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup
(Screw Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang
dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan
sputum. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus seperti :
darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah keluarkan lakukan perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat (expectorant) 200 mg
atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
Tabel 1. Bakteri yang dapat
ditemukan dalam diagnosa sputum
No.
|
Organisme
|
Keadaan klinik
|
Apusan sputum yang diwarnai Gram
|
1.
|
Mycobacterium
tuberculosa
|
Penyakit TBC
|
Gram (-) batang
|
2.
|
Streptococcus
pneumoniae
|
Penyakit kardiopulmuoner kronik
setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas dan merupakan bagian dari flora
normal
|
Gram (+) diplcoccus
|
3.
|
Haemophilus
influenzae
|
Penyakit kardiopulmuoner kronik
setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas
|
Gram (-) coccobasil kecil
|
4.
|
Staphylococcus
aureus
|
Penyakit epidemic, influenza,
nosokomial
|
Gram (+) coccus dalam bentuk
gumpalan
|
5.
|
Klebsiella
pneumoniae
|
Pecandu alcohol, diabetes
mellitus, nosokomial
|
Gram (-) batang yang
berenkapsulasi
|
6.
|
Escherichia
coli
|
Nosokomial
|
Gram (-) batang
|
7.
|
Pseudomonas
aeroginusae
|
Nosokomial, fibrosis kistik
|
Gram (-) batang
|
8.
|
Neisseria
non patogen
|
Merupakan flora normal nasofaring
|
|
9.
|
Streptococcus
alfa hemolitik
|
Merupakan flora normal nasofaring
|
|
10.
|
Staphylococcus
epidermidis
|
Merupakan flora normal nasofaring
|
|
11.
|
Streptococcus
non hemolitik
|
Merupakan flora normal nasofaring
|
|
12.
|
Bateroides
sp
|
Merupakan flora normal nasofaring
|
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Tinja
merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan
infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces).
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air
dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri
apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari.
Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
Sputum
(dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan
ecpectoratorian. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit
paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi
dengan meningkatkan keluaran sekresi
yang sering mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit.
Pengambilan
sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat
sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien
hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena
kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian
patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
2.
Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik
lagi, atas perhatiannya penyusun ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung. PT.
Tarsito.
Hindarko,S.2003. Mengolah Air Limbah Sungai Tidak
Mencemari Orang
Lain. Jakarta.
ESHA.Yandang. 2010. Pembuangan Kotoran Manusia.
Uliyah
Musrifatul dan A. Aziz Alimatul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta. Salemba Medika.
http://ariedfaud.blogspot.co.id/2011/10/pemeriksaan-sputum.html
Dorland.
2011. Sputum.http://en.wikipedia.org/wiki.Sputum.
Gandasoebrata.
1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
www.yandang.blogspot.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar