Selasa, 05 Januari 2016

pemeriksaan feses dan sputum



TUGAS MAKALAH
 KLINIK RUTIN (T)


“PEMERIKSAAN FAECES & SPUTUM”

Fakultas Analisis

DISUSUN
 OLEH :
                                    NAMA     :    TAKBIR ALAM
                                             NIM           :    AK.14.057
                                             KELAS                 :    ANALIS B


AKADEMI ANALIS KESEHATAN
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, sebagai wujud kefitraan hati penyusun menghaturkan sembah sujud, dan puji syukur kehadirat Allah S.W.T. sekaligus penghambaan kepada-Nya, serta shalawat  dan salam penyusun tunjukan kepada Nabi Muhammad S.A.W sebagai junjungan penyusun sehingga penyusun dapat  menyelesaikan penulisan makalah  yang berjudul “PEMERIKSAAN FEACES DAN SPUTUM dengan tepat waktu.
Dalam penyelesaian makalah ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, atas segala bantuan, saran, arahan, serta dukungan yang diberikan sebagai motivasi sehingga kita semua dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, hal ini disebabkan oleh keterbatasan penyusun  dalam segi pengetahuan, tenaga, materi, maupun waktu. Oleh karena itu, saran, kritikan, dan sebagainya yang bersifat membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari,   Oktober 2015

                                                                                    Penyusun








DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ....................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................................
2. Rumusan Masalah....................................................................................
3. Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Feses.....................................................................................
      1. Bau Feses...........................................................................................
      2. Dekomposisi Feses  ...........................................................................
      3. Warna Feses.......................................................................................
      4. Pemeriksaan Feses ............................................................................
B.  Pengertian Sputum
      1. Jenis pemeriksaan Sputum.................................................................
      2. Cara pemeriksaan Sputum.................................................................
      3. Hal-hal yang perlu diperhatikan.........................................................
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan..............................................................................................
2.  Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.       Latar Belakang
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorim yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita. Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, sekret vagina, dan sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya sebagai penunjang. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik.  Metode pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat meningkat.

2.      Rumusan Masalah
A.    Feaces
1.      Bau feaces
2.      Dekomposisi feaces
3.      Warna feaces
4.      Pemeriksaan feaces
B.     Sputum
1.      Jenis pemeriksaan sputum
2.      Cara pemeriksaan sputum
3.      Hal-hal yang perlu diperhatikan

3.      Tujuan
1.      Agar dapat mengetahui pengertian dari feses dan sputum
2.      Untuk mengetahui cara pemeriksaan feses dan sputum


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Feaces(Tinja)
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan  bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
1.      Bau Feses
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indoleskatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.
2.      Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
  Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil;
  Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer;
  Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak  jasad renik didalam massa yang tengah mengalami dekomposisi.

3.      Warna Feses
Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.

4.      Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.
1. Indikasi Pemeriksaan :
v   Adanya diare dan konstipasi
v    Adanya ikterus
v    Adanya gangguan pencernaan
v    Adanya lendir dalam tinja
v    Kecurigaan penyakit gastrointestinal
v    Adanya darah dalam tinja
2. Syarat Pengumpulan Feces :
v   Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
v   Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
v   Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
v  Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher pemeriksaan tinja sewaktu
v   Pasien konstipasi Saline Cathartic
v   Kasus Oxyuris Schoth Tape & object glass
v   Alur  pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
*      Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas : 
o   Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
o   Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
·         Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya  Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja.

B.     Sputum
 Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui  mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland, 1992).
Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari  tenggorokan, hidung atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien  yang dahaknya akan diperiksa.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan  meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab  penyakit.

1)      Jenis Pemeriksaan Sputum 

1.      Pewarnaan gram :
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2.       Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna menegakkan diagnosis definitif.
3.      Sensitifitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum.
4.      Basil tahan asam (BTA) :
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam
5.      Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel.
6.      Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus, atau bukan. Jika bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif, klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter isinya dicatat dan diuraikan.

2)      Cara Pemeriksaan Sputum 

a.       Perlengkapan :
1.      Wadah spesimen steril dengan penutup,
2.      Sarung tangan disposable (bila membantu klien),
3.      Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,
4.      Handuk kertas,
5.      Label yang berisi lengkap,
6.      Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap,
7.      Obat kumur.
b.      Persiapan
      Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan yang sesuai.
c.        Pelaksanaan
1.      Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:
a.       Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan      spesimen sputum,
b.      Jangan menyentuh bagaian dalam wadah spesimen,
c.       Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,
d.      Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
e.       Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
f.       Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup     analisis),
g.      Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
2.      Berikan privasi klien.
3.      Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan spesimen :
a.      Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan  ekspansi paru yang maksimum.
b.      Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien yang  tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah  tersebut untuk klien.
c.       Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi  yang dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari  jalan udara ke dalam faring.
d.      Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya,  pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke  dalam wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
e.       Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
f.       Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan  mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
g.      Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan  disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian  luar  wadah dengan sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan  handuk kertas.
h.      Lepas dan buang sraung tangan.
4.      Pastikan klien merasa nyaman :
a.       Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
b.      Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara  maksimal, bila diperlukan.
5.      Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
a.       Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium.  Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen.  Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat  membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
b.      Atur agar spesimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur  bakteri harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan  berkembang baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
6.      Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien.  Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer),  adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tindakan yang perlu dilakukan  untuk mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum yang  dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien.

3)      Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeriksaan Sputum 
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sputum adalah 3 kali pengambilan sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang; Sputum pagi (P), keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur), Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium, penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh  menyikat gigi. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus seperti : darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah keluarkan lakukan perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat (expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
Tabel 1. Bakteri yang dapat ditemukan dalam diagnosa sputum
No.
Organisme
Keadaan klinik
Apusan sputum yang diwarnai Gram
1.
Mycobacterium tuberculosa
Penyakit TBC
Gram (-) batang
2.
Streptococcus pneumoniae
Penyakit kardiopulmuoner kronik setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas dan merupakan bagian dari flora normal
Gram (+) diplcoccus
3.
Haemophilus influenzae
Penyakit kardiopulmuoner kronik setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Gram (-) coccobasil kecil
4.
Staphylococcus aureus
Penyakit epidemic, influenza, nosokomial
Gram (+) coccus dalam bentuk gumpalan
5.
Klebsiella pneumoniae
Pecandu alcohol, diabetes mellitus, nosokomial
Gram (-) batang yang berenkapsulasi
6.
Escherichia coli
Nosokomial
Gram (-) batang
7.
Pseudomonas aeroginusae
Nosokomial, fibrosis kistik
Gram (-) batang
8.
Neisseria non patogen
Merupakan flora normal nasofaring

9.
Streptococcus alfa hemolitik
Merupakan flora normal nasofaring

10.
Staphylococcus epidermidis
Merupakan flora normal nasofaring

11.
Streptococcus non hemolitik
Merupakan flora normal nasofaring

12.
Bateroides sp
Merupakan flora normal nasofaring

BAB III
PENUTUP


1.      Kesimpulan

 Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces).
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan  bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui  mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan  meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab  penyakit.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri. 

2.       Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penyusun ucapkan terimakasih.







DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung. PT. Tarsito.

Hindarko,S.2003. Mengolah Air Limbah Sungai Tidak Mencemari Orang
                   Lain. Jakarta.

ESHA.Yandang. 2010. Pembuangan Kotoran Manusia.

Uliyah Musrifatul dan A. Aziz Alimatul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta. Salemba Medika.

http://ariedfaud.blogspot.co.id/2011/10/pemeriksaan-sputum.html
Dorland. 2011. Sputum.http://en.wikipedia.org/wiki.Sputum.

Gandasoebrata. 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.

www.yandang.blogspot.com.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar