TUGAS MAKALAH
PARASITOLOGI (T)
“NEMATODA USUS
YANG ADA DITANAH”

DISUSUN OLEH :
NAMA : TAKBIR
ALAM
NIM
: AK.14.057
KELAS
: B
AKADEMI ANALIS KESEHATAN
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya jualah sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu yang di mana merupakan tugas mata kuliah PARASITOLOGI (T)
Penulis
menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekeliruan. Untuk
itu, penulis membuka diri terhadap saran serta kritik yang sifatnya konstruktif
guna penyempurnaan makalah
di esok hari nanti.
Akhirnya
penyusun
mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dikemudian hari.
Kendari,
Juni 2015
Penyususn
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang...........................................................................................
B. Tujuan .......................................................................................................
Bab II Pembahasan
1.
Ascaris lumbricoides ..............................................................................
2.
Necator americanus.................................................................................
3.
Strongyloides
stercoralis..........................................................................
4.
Ancylostoma duodenale..........................................................................
5.
Trichuris Trichiura................................................................................
Bab III Penutup
A.
Kesimpulan...............................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Nematoda terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis dan tersebar diseluruh dunia. Seluruh spesies cacing ini berbentuk silindrik (gilig), memanjang dan bilateral simetris.cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat,siklus hidup,dan hubungan hospes-habitat (host-parasite relationship). Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia diantaranya adalah N.americanus dan A.duodenale sedangkan yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, sedangkan A.caninum dan A.braziliense tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di usus. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang.
Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita.
Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan.
Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Nematoda terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis dan tersebar diseluruh dunia. Seluruh spesies cacing ini berbentuk silindrik (gilig), memanjang dan bilateral simetris.cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat,siklus hidup,dan hubungan hospes-habitat (host-parasite relationship). Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia diantaranya adalah N.americanus dan A.duodenale sedangkan yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, sedangkan A.caninum dan A.braziliense tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di usus. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang.
Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita.
Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan.
B.
Tujuan
Tujuan makalah ini disusun adalah antara lain :
• Untuk mengetahui klasifikasi Nematoda Usus
• Untuk mengetahui morfologi Nematoda Usus
• Untuk mengetahui siklus hidup Nematoda Usus
• Untuk mengetahui apa saja patologi dan gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh Nematoda Usus
Tujuan makalah ini disusun adalah antara lain :
• Untuk mengetahui klasifikasi Nematoda Usus
• Untuk mengetahui morfologi Nematoda Usus
• Untuk mengetahui siklus hidup Nematoda Usus
• Untuk mengetahui apa saja patologi dan gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh Nematoda Usus
BAB II
PEMBAHASAN
Nematoda
merupakan salah satu jenis cacing parasit yang paling sering ditemukan pada
tubuh manusia. Nematoda yang hidup dalam usus manusia disebut dengan nematoda
usus. Nematoda usus terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan
didaerah tropis dan tersebar diseluruh dunia. Spesies tersebut diantaranya Ascaris
lumbricoides, , Necator americanus, Strongyloides stercoralis, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura, dll.
1. Ascaris
Lumbricoides
a. Klasifikasi
§ Phylum : Nematoda
§ Kelas : Secernentea
§ Ordo : Ascaridida
§ Family : Ascarididae
§ Genus : Ascaris
§
Spesies
: Ascaris Lumbricoides
b.
Morfologi
Morfologi cacing A.
Lumbricoides
|
|
Ukuran cacing dewasa
Jantan
Betina
|
Panjang 15-30 cm, lebar 0,2-0,4 cm
Panjang 20-35 cm, lebar 0,3-0,6 cm
|
Umur cacing dewasa
|
1 – 2 tahun
|
Lokasi cacing dewasa
|
Usus Halus
|
Ukuran telur
|
Panjang 60-70 µm, lebar 40-50 µm
|
Jumlah telur/cacing betina/hari
|
± 200.000 telur
|
c.
Siklus hidup
foto dan siklus hidup
ascaris lumricoides
Usus manusia -> Cacing -> Telur Cacing -> Keluar bersama feses -> Tersebar -> Menempel pada makanan -> Termakan -> Menetas -> Larva -> Menembus Usus -> Aliran Darah -> Jantung -> Paru-Paru -> Kerongkongan -> Tertelan -> Usus Manusia -> Cacing Dewasa
Telur Ascaris yang berisi embrio diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.
d.
Patologi dan Gejala Klinik
Gejala klinik oleh A. lumbricoides bergantung pada beberapa
hal, antara lain beratnya infeksi, keadaan penderita, daya tahan dan kerentanan
penderita terhadap infeksi cacing.Gejala
klinik pada ascariasis dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa ataupun oleh
stadium larva. Cacing dewasa, tinggal di antara lipatan mukosa usus halus,
sehingga dapat menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa tidak enak pada
perut berupa mual serta sakit perut yang tidak jelas.Kadang- kadang cacing
dewasa dapat terbawa kea rah mulut karena adanya kontraksi usus (regurgitasi)
dan dimuntahkan keluar melalui mulut atau hidung.Pada keadaan tertentu cacing
dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, kadang-kadang dapat masuk juga
ke tuba eustachii ataupun terisap masuk ke bronkus.
Gangguan karena larva biasanya
terjadi pada saat berada di paru, terutama pada orang yang rentan terjadi
perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang
disertai batuk, demam, dan eosinofilia. Pada foto toraks akan tampak infiltrat
yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan tersebut disebut Sindrom
Loeffler.
Pada
infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga
memperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif pada anak sekolah
dasar.Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga
terjadi obstruksi usus (ileus
e.
Pencegahan dan Pengendalian
Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
- Hendaknya pembuangan tinja (feses) pada W.C. yang baik.
- Pemeliharaan kebersihan perorangan dan lingkungan.
- Penerangan atau penyuluhan melalui sekolah, organisasi kemasyarakatan oleh guru-guru dan pekerja-pekerja kesehatan.
- Hendaknya jangan menggunakan tinja sebagai pupuk kecuali sudah dicampur dengan zat kimia tertentu.
Upaya
pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan memutus siklus hidup Ascaris
lumbricoides. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris
lumbricoides ini. Kurang disadarinya pemakaian jamban keluarga oleh
masyarakat dapat menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman
rumah, di bawah pohon dan di tempat-tempat pembuangan sampah. Upaya
pengendalian juga dapat dilakukan dengan memberikan obat-obatan seperti yang
diberikan secara perorangan maupun massal. Obat lama yang pernah digunakan
adalah piperasin, tiabendasol, heksilresorkimol, dan hetrazam.
2. Necator americanus
a.
Klasifikasi
Phylum
: Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Famili : Rhabditoidea
Genus : Necator
Species : Necator americanus
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Famili : Rhabditoidea
Genus : Necator
Species : Necator americanus
b. Morfologi
Necator
americanus memiliki
buccal capsule yang sempit, pada dinding ventral terdapat sepasang benda
pemotong berbentuk bulan sabit (semilunar
cutting plate) sedangkan sepasang lagi kurang nyata terdapat pada dinding
dorsal. Cacing jantan berukuran 7-9 mm x 0,3mm , memiliki bursa kopulasi bulat
dengan dorsal rays dua cabang. Didapat dua spikula yang letaknya berdempetan
serta unjungnya terkait. Cacing betina, memiliki ukuran 9-11mm x 0,4mm , pada
ujung posterior tidak didapatkan spina kaudal, vulva terletak pada bagian
anterior kira-kira pertengahan tubuh.
Bentuk telur Necator americanus tidak dapat dibedakan dari Ancylostoma duodenale.Jumalah telur perhari yang dihasilkan seekor
cacing betina Necator americanus sekitar
9000– 10.000.
c.
Siklus hidup
Telur
cacing ini, keluar bersama dengan tinja. Di dalam tubuh manusia dengan waktu
1-1,5 hari telur telah menetas dan mengeluarkan larva rabditiform kemudian
dalam waktu sekitar 3 hari, larva rabditiform berkembang menjadi larva
filariform (bentuk infektif). Larva filariform dapat tahan di dalam tanah
selama 7-8 minggu. Infeksi pada manusia terjadi apabila larva filariform
menembus kulit atau tertelan.
Siklus
hidup cacing ini dimulai dari larva filariform menembus kulit manusia kemudian
masuk ke kapiler darah dan berturut-turut menuju jantung kanan, paru-paru,
bronkus, trakea, laring dan terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa.
d.
Patologi dan Klinik
Infeksi cacing tambang hakikatnya
adalah infeksi menahun sehingga sering tidak menimbulkan gejala akut.Kerusakan
jaringan dan gejala penyakit dapat disebabkanm baik oleh larva maupun oleh cacing
dewasa. Larva menembus kulit membentuk maculopapula dan eritem, sering disertai
rasa gatal yang hebat, disebut ground
itch atau drew itch. Waktu larva
berada dalam jumlah banyak atau pada orang yang sensitif dapat menimbulkan
pneumonitis.
Cacing
dewasa melekat dan melukai mukosa usus, menimbulkan persaan tidak enak di
perut, mual , diare. Seekor cacing dewasa menghisap darah 0,2 – 0,3ml sehari
sehingga dapat menimbulkan anemia yang progresif, hipokrom, mikrositer, tipe
defisiensi besi. Biasanya gejala klinik timbul setelah tempak adanya anemi.Pada
infeksi berat, Hb dapat turun sampai 2gr%, penderita merasa sesak nafas waktu
melakukan kegiatan, lemah dan pusing kepala.Terjadi perubahan pada jantung yang
mengalami hipertrofi, adanya bising katup serta nadi cepat. Keadaan demikian
akan dapat menimbulkan kelemahan jantung. Jika terjadi pada anak dapat
menimbulkan keterbelakangan fisik dan mental
e.
Pencegahan dan Pengendalian
Ø Pencegahan:
·
Menghindari
kontak langsung dengan tanah dan tempat kotor lainnya.
·
Hendaknya
pembuangan feses pada tempat/WC yang baik.
·
Melindungi
orang yang mungkin mendapat infeksi.
·
Pemberantasan
melalui perbaikan sanitasi lingkungan
·
Hendaknnya
penggunaan tinja sebagai pupuk dilarang, kecuali tinja tersebut sudah dicampur
dengan zat kimia tertentu untuk membunuh parasitnya.
·
Penerangan
melalui sekolah-sekolah.
·
Menjaga
kebersihan diri.
·
Selalu
menggunakan sandal atau alas kaki ketika bepergian.
·
Meminum
vitamin B12 dan asamfolat.
Ø Pengendalian:
Pengendalian dilakukan dengan cara pengobatan. Pengobatan
yang dilakukan yaitu melalui obat pilihan bernama tetrakloretilen (juga
infektif untuk Ancylostoma duodenale ). Obat lain yang bisa digunakan
adalah mebendazol, albendazol, pirantelpamoat, bitoskamat, dan befenium
hidrosinafoat.
3.
Strongyloides
stercoralis
a. Klasifikasi
Phylum
: Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Famili : Rhabiditoidea
Genus : Strongyloides
Species : Strongyloides stercoralis
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Famili : Rhabiditoidea
Genus : Strongyloides
Species : Strongyloides stercoralis
b.
Morfologi
Cacing
ini disebut cacing benang, terdapat bentuk bebas di alam dan bentuk parasitik
di dalam intestinum vertebrata. Bentuk parasitik adalah parthenogenetik dan
telur dapat berkembang di luar tubuh hospes, langsung menjadi larva infektif
yang bersifat parasitik atau dapat menjadi bentuk larva bebas yang jantan dan
betina. Bentuk bebas ditandai dengan adanya cacing jantan dan betina dengan
esofagus rabditiform, ujung posterior cacing betina meruncing ke ujung vulva
terletak di pertengahan tubuh. Bentuk parasitik ditandai dengan esofagus
filariform tanpa bulbus posterior, larva infektif dari generasi parasitik mampu
menembus kulit dan ikut aliran darah.
Cacing
dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum. Cacing
betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2 mm.
Cacing dewasa betina memiliki esofagus pendek dengan dua bulbus dan uterusnya
berisi telur dengan ekor runcing. Cara berkembang biaknya adalah secara
parthenogenesis. Telur bentuk parasitik diletakkan di mukosa usus, kemudian
menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan
bersama tinja. Cacing dewasa jantan yang hidup bebas panjangnya kira-kira 1 mm,
esophagus pendek dengan 2 bulbus, ekor melingkar dengan spikulum. Larva
rabditiform panjangnya ± 225 mikron, ruang mulut: terbuka, pendek dan lebar.
Esophagus dengan 2 bulbus, ekor runcing. Larva Filariform bentuk infektif,
panjangnya ± 700 mikron, langsing, tanpa sarung, ruang mulut tertutup,
esophagus menempati setengah panjang badan, bagian ekor berujung tumpul
berlekuk.
c.
Siklus Hidup
Parasit ini mempunyai tiga siklus hidup:
1. Autoinfeksi
Telur menetas menjadi larva rabditiform di dalam mukosa usus -> di dalam usus larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform -> larva filariform menembus mukosa usus, tumbuh menjadi cacing dewasa.
2. Siklus Langsung
Sesudah 2 – 3 hari di tanah, larva rabditiform, berubah menjadi larva filaform dengan bentuk langsing.Bila larva ini menembus kulit manusia, larva tumbuh,masuk ke dalam peredaran darah veha kemudian melalui jantung sampai ke paru-paru. Dari paru, parasit yang mulai dewasa,menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring.Sesudah sampai di laring,tarjadi refleks batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus dan menjadi dewasa.
3. Siklus Tidak Langsung
Pada siklus ini, larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan betina.Cacing betina berukuran 1mm x 0,06mm, dan yang jantan berukuran 0,75 mm x 0.04 mm. Cacing betina mengalami pembuahan dan menghasilkan larva rabditiform yang kemudian menjadi larva filaform. Larva ini masuk ke dalam hospes baru. Siklus tidak langsung ini terjadi apabila lingkungan sekitarnya optimum yaitu sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan bebas parasit ini, misalnya di negeri-negeri tropik beriklim rendah.
Parasit ini mempunyai tiga siklus hidup:
1. Autoinfeksi
Telur menetas menjadi larva rabditiform di dalam mukosa usus -> di dalam usus larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform -> larva filariform menembus mukosa usus, tumbuh menjadi cacing dewasa.
2. Siklus Langsung
Sesudah 2 – 3 hari di tanah, larva rabditiform, berubah menjadi larva filaform dengan bentuk langsing.Bila larva ini menembus kulit manusia, larva tumbuh,masuk ke dalam peredaran darah veha kemudian melalui jantung sampai ke paru-paru. Dari paru, parasit yang mulai dewasa,menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring.Sesudah sampai di laring,tarjadi refleks batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus dan menjadi dewasa.
3. Siklus Tidak Langsung
Pada siklus ini, larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan betina.Cacing betina berukuran 1mm x 0,06mm, dan yang jantan berukuran 0,75 mm x 0.04 mm. Cacing betina mengalami pembuahan dan menghasilkan larva rabditiform yang kemudian menjadi larva filaform. Larva ini masuk ke dalam hospes baru. Siklus tidak langsung ini terjadi apabila lingkungan sekitarnya optimum yaitu sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan bebas parasit ini, misalnya di negeri-negeri tropik beriklim rendah.
d.
Patologi dan gejala Klinis
Bila larva filaform ini menembus kulit, timbul kelainan kulit yang dinamakan creeping eruption yang disertai denagn rasa gatal yang hebat.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda.Infeksi ringan pada umumnya tidak menimbulkan gejala. Sedangkan pada infeksi sedang, dapat menyebabkan rasa sakit, di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual dan muntah,diare dan konstipasi yang saling bergantian.Pada cacing dewasa yang hidup sebagai parasit, dapat ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan di bebagai alat dalam.
Bila larva filaform ini menembus kulit, timbul kelainan kulit yang dinamakan creeping eruption yang disertai denagn rasa gatal yang hebat.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda.Infeksi ringan pada umumnya tidak menimbulkan gejala. Sedangkan pada infeksi sedang, dapat menyebabkan rasa sakit, di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual dan muntah,diare dan konstipasi yang saling bergantian.Pada cacing dewasa yang hidup sebagai parasit, dapat ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan di bebagai alat dalam.
e.
Pencegahan dan Pengendalian
Penularan
strongiloidasisdapat dicegah dengan cara menghindari kontak dengan tanah, tinja
atau genangan air yang diduga terkontaminasi oleh larva infektif. Tindakan
pencegahannya dilakukan sesuai dengan pencegahan penularan infeksi cacing
tambang pada umumnya seperti memakai alat-alat yang menyehatkan untuk
pembuangan kotoran manusia dan memakai sepatu atau alas kaki waktu bekerja di
kebun. Upaya pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai cara penularan, cara pembuatan serta pemakaian
jamban.
Pengendalian
bisa dilakukan yaitu apabila diketahui seseorang positif terinfeksi, orang itu
harus segera diobati. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan obat mebendazol,
pirantel pamoat dan levamisol walaupun hasilnya kurang memuaskan. Saat ini obat
yang banyak dipakai adalah tiabendazol.
4. Ancylostoma duodenale
a.
Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Rhabditida
Super famili : Rhabditoidea
Genus : Ancylostoma
Species : Ancylostoma duodenale
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Rhabditida
Super famili : Rhabditoidea
Genus : Ancylostoma
Species : Ancylostoma duodenale
b. Morfologi
- Bentuk menyerupai huruf C
- Dimulutnya terdapat 2 pasang gigi ventral, 1 pasang gigi dorsal semilunar
- ♂ : panjang 1,0-1,3 cm, diameter ±0,6 mm,memiliki bursa kopulatriks, 2 buah spikula yang sejajar
- ♀ : panjang 0,8-1,1 cm, diameter ±0,45 mm,ekor runcing
- Warna putih kecoklatan atau agak merah muda
c. Siklus hidup
Telur
cacing ini, keluar bersama dengan tinja. Di dalam tubuh manusia dengan waktu
1-1,5 hari telur telah menetas dan mengeluarkan larva rabditiform kemudian
dalam waktu sekitar 3 hari, larva rabditiform berkembang menjadi larva
filariform (bentuk infektif). Larva filariform dapat tahan di dalam tanah
selama 7-8 minggu. Infeksi pada manusia terjadi apabila larva filariform
menembus kulit atau tertelan.
Siklus
hidup cacing ini dimulai dari larva filariform menembus kulit manusia kemudian masuk
ke kapiler darah dan berturut-turut menuju jantung kanan, paru-paru, bronkus,
trakea, laring dan terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa
Gambar siklus
hidup Ancylostoma duodenale
d.
Penyakit dan gejala yang ditimbulkan
Menimbulkan penyakit anemia
Kurang gizi.
Gejala yang ditimbulkan pusing, karena kekurangan darah .
Pendarahan.
e.
Pencegahan
Menjaga kebersihan diri.
Menghindari kontak langsung dengan tanah dan tempat kotor
lainnya.
Selalu menggunakan sandal atau alas kaki ketika bepergian.
Meminum vitamin B12 dan asam folat.
5.
Trichuris Trichiura
Trichuristrichiura,
Biasa disebut trichocephalus dispar atau lebih dikenal dengan nama cacing
cambuk, karena secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Hingga saat ini
lebih dikenal lebih dari 20 spesies trichuris spp, tetapi yang menginfeksi
manusia hanya trichuris trichiura dan trichuris vulpis. Cacing ini dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia bila menginfeksi dalam jumlah yang
banyak.
a.
Klasifikasi
Phylum
: Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Famili : Trichinelloidea
Genus : Trichuris
Species : Trichuris trichiura
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Famili : Trichinelloidea
Genus : Trichuris
Species : Trichuris trichiura
b.
Morfologi
Cacing
betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm.
Bagian enterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang
seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk dan cacing betina
bentuknya membulat tumpul, sedangkan pada cacing jantan melingkar dan terdapat
satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum (caecum)
dengan satu spikulum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk
kedalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur
setiap hari antara 3000 – 10.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikron x 32
mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada
kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian
dalamnya jernih.
c. Siklus
Hidup
Cacing dewasa hidup di usus besar manusia -> telur keluar bersama tinja penderita -> di tanah telur menjadi infektif -> infeksi terjadi melalui mulut dengan masuknya telur infektif bersama makanan yang tercemar atau tangan yang kotor.
Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina melatakkan telur kira-kira 30-90 hari.
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang, yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif, dalam waktu 3 samapai 6 minggu dalam lingkungan yang lembab dan tempat yang teduh. Cara infektif secara langsung bila kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru.
Cacing dewasa hidup di usus besar manusia -> telur keluar bersama tinja penderita -> di tanah telur menjadi infektif -> infeksi terjadi melalui mulut dengan masuknya telur infektif bersama makanan yang tercemar atau tangan yang kotor.
Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina melatakkan telur kira-kira 30-90 hari.
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang, yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif, dalam waktu 3 samapai 6 minggu dalam lingkungan yang lembab dan tempat yang teduh. Cara infektif secara langsung bila kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru.
d.
Patologi dan Gejala Klinis
Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rrektum. Kadang-kadang terlihat di mukrosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi tyrauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya terjadi pendarahan. Di samping ini ternyata cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disehuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis jelas atau sma sekali tanpa gejala, parasit ini ditemukan pada tinja secara rutin.
Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rrektum. Kadang-kadang terlihat di mukrosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi tyrauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya terjadi pendarahan. Di samping ini ternyata cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disehuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis jelas atau sma sekali tanpa gejala, parasit ini ditemukan pada tinja secara rutin.
e.
Pencegahan dan Pengendalian
Di
daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan pengobatan penderita
trikuriasis, pembuatan jamban yang baik, pendidikan tentang sanitasi dan
kebersihan perorangan, terutama anak. Mencuci tangan sebelum makan, dan mencuci
sayuran yang dimakan mentah adalah penting apalagidinegeri yang memakai tinja
sebagai pupuk.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda ini merupakan masalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penularan cacing Nematoda parasitusus dapat melalui tanah yang disebut Soil transmitted helminth (Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercoralis).
Manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda ini merupakan masalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penularan cacing Nematoda parasitusus dapat melalui tanah yang disebut Soil transmitted helminth (Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercoralis).
Untuk mencegah infeksi nematoda parasit usus berikut adalah
langkah-langkah yang perlu dilakukan :
1. Mengobati penderita dan massa.
2. Pendidikan kesehatan pribadi dan lingkungan.
3. Menjaga kebersihan makanan atau memasak makanan dengan baik.
4. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah (untuk mencegah infeksi cacing tambang dan strongiloidiasis).
5. Pembuatan MCK yang sehat dan teratur.
1. Mengobati penderita dan massa.
2. Pendidikan kesehatan pribadi dan lingkungan.
3. Menjaga kebersihan makanan atau memasak makanan dengan baik.
4. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah (untuk mencegah infeksi cacing tambang dan strongiloidiasis).
5. Pembuatan MCK yang sehat dan teratur.
Nematoda
usus yang terpenting bagi manusia tediri dari :
a.
Ascaris lumbroicoides
b.
Trichuris trichura
c.
Strongyloides stercolaris
d.
Necator americanus
e.
Ancylostoma duodenale
Daftar Pustaka
Dachi, Rahmat A. 2005. Hubungan
Perilaku Anak Sekolah Dasar Nomor 174593 Hatoguan Terhadap Infeksi Cacing Perut
di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2005. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15363/1/mki-des2005-%20(5).pdf. Diakses pada tanggal 17 juni 2015
Entjang, Indan. 2011. Mikrobiologi
dan Parasitologi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Mardiana, Djarismawati. 2008. Prevalensi
Cacing Usus Pada Murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu
Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh Di Wilayah Dki Jakarta. www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%207/5-Mardiana.pdf. Diakses pada tanggal 17 juni 2015
Staf Pengajar Departemen
Parasitologi FK UI. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Onggowaluyo, Jangkung Samidjo. 2000.
Parasitologi Medik 1. Jakarta: EGC