Selasa, 05 Januari 2016

Nematoda usus



TUGAS MAKALAH
PARASITOLOGI (T)


“NEMATODA USUS YANG ADA DITANAH”

Fakultas Analisis

DISUSUN OLEH :
                                    NAMA : TAKBIR ALAM
                                             NIM       : AK.14.057
                                             KELAS             : B


AKADEMI ANALIS KESEHATAN
KENDARI
2015




KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya jualah sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang di mana merupakan tugas mata kuliah PARASITOLOGI (T)
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekeliruan. Untuk itu, penulis membuka diri terhadap saran serta kritik yang sifatnya konstruktif guna penyempurnaan makalah di esok hari nanti.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dikemudian hari.


Kendari, Juni  2015

Penyususn






DAFTAR ISI

Cover
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A.    Latar belakang...........................................................................................
B.     Tujuan .......................................................................................................
Bab II Pembahasan
1.      Ascaris lumbricoides ..............................................................................
2.      Necator americanus.................................................................................
3.      Strongyloides stercoralis..........................................................................
4.      Ancylostoma duodenale..........................................................................
5.      Trichuris Trichiura................................................................................
Bab III Penutup
A.    Kesimpulan...............................................................................................
Daftar pustaka







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Nematoda terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis dan tersebar diseluruh dunia. Seluruh spesies cacing ini berbentuk silindrik (gilig), memanjang dan bilateral simetris.cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat,siklus hidup,dan hubungan hospes-habitat (host-parasite relationship). Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia diantaranya adalah N.americanus dan A.duodenale sedangkan  yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, sedangkan  A.caninum dan A.braziliense tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di usus. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang.
Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita.
Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan.


B. Tujuan
 Tujuan makalah ini disusun adalah antara lain :
• Untuk mengetahui klasifikasi Nematoda Usus
• Untuk mengetahui morfologi Nematoda Usus
• Untuk mengetahui siklus hidup Nematoda Usus
• Untuk mengetahui apa saja patologi dan gejala klinis penyakit yang disebabkan
 oleh  Nematoda Usus





BAB II
PEMBAHASAN

Nematoda merupakan salah satu jenis cacing parasit yang paling sering ditemukan pada tubuh manusia. Nematoda yang hidup dalam usus manusia disebut dengan nematoda usus.  Nematoda usus terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis dan tersebar diseluruh dunia. Spesies tersebut diantaranya Ascaris lumbricoides, , Necator americanus, Strongyloides stercoralis, Ancylostoma duodenaleTrichuris trichiura, dll.
1.      Ascaris Lumbricoides
a.      Klasifikasi
§  Phylum : Nematoda
§  Kelas : Secernentea
§  Ordo : Ascaridida
§  Family : Ascarididae
§  Genus : Ascaris
§  Spesies : Ascaris Lumbricoides
b.      Morfologi
Morfologi cacing A. Lumbricoides
         Ukuran cacing dewasa
        Jantan
        Betina

        Panjang 15-30 cm, lebar 0,2-0,4 cm
        Panjang 20-35 cm, lebar 0,3-0,6 cm
         Umur cacing dewasa
1 – 2 tahun
         Lokasi cacing dewasa
Usus Halus
         Ukuran telur
Panjang 60-70 µm, lebar 40-50 µm
         Jumlah telur/cacing betina/hari
± 200.000 telur





c.       Siklus hidup
foto dan siklus hidup ascaris lumricoides 
http://www.phsource.us/images/Helminths/Ascaris.gif

Usus manusia -> Cacing -> Telur Cacing -> Keluar bersama feses -> Tersebar -> Menempel pada makanan -> Termakan -> Menetas -> Larva -> Menembus Usus -> Aliran Darah -> Jantung -> Paru-Paru -> Kerongkongan -> Tertelan -> Usus Manusia -> Cacing Dewasa
 
 Telur Ascaris yang berisi embrio diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.
d.   Patologi dan Gejala Klinik
Gejala klinik oleh A. lumbricoides bergantung pada beberapa hal, antara lain beratnya infeksi, keadaan penderita, daya tahan dan kerentanan penderita terhadap infeksi  cacing.Gejala klinik pada ascariasis dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa ataupun oleh stadium larva. Cacing dewasa, tinggal di antara lipatan mukosa usus halus, sehingga dapat menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa tidak enak pada perut berupa mual serta sakit perut yang tidak jelas.Kadang- kadang cacing dewasa dapat terbawa kea rah mulut karena adanya kontraksi usus (regurgitasi) dan dimuntahkan keluar melalui mulut atau hidung.Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, kadang-kadang dapat masuk juga ke tuba eustachii ataupun terisap masuk ke bronkus.
Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru, terutama pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai batuk, demam, dan eosinofilia. Pada foto toraks akan tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan tersebut disebut Sindrom Loeffler.
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif pada anak sekolah dasar.Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus
e.       Pencegahan dan Pengendalian
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
  •  Hendaknya pembuangan tinja (feses) pada W.C. yang baik.
  •  Pemeliharaan kebersihan perorangan dan lingkungan.
  •  Penerangan atau penyuluhan melalui sekolah, organisasi   kemasyarakatan oleh guru-guru dan pekerja-pekerja kesehatan.
  • Hendaknya jangan menggunakan tinja sebagai pupuk kecuali sudah dicampur dengan zat kimia tertentu.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan memutus siklus hidup Ascaris lumbricoides. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini. Kurang disadarinya pemakaian jamban keluarga oleh masyarakat dapat menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, di bawah pohon dan di tempat-tempat pembuangan sampah. Upaya pengendalian juga dapat dilakukan dengan memberikan obat-obatan seperti yang diberikan secara perorangan maupun massal. Obat lama yang pernah digunakan adalah piperasin, tiabendasol, heksilresorkimol, dan hetrazam.



2.      Necator americanus
a.      Klasifikasi
Phylum     :           Nemathelminthes
Class         :           Nematoda
Subclass   :           Adenophorea
Ordo         :           Enoplida
Famili       :           Rhabditoidea
Genus       :           Necator
Species     :           Necator americanus

b.      Morfologi
Necator americanus memiliki buccal capsule yang sempit, pada dinding ventral terdapat sepasang benda pemotong berbentuk bulan sabit (semilunar cutting plate) sedangkan sepasang lagi kurang nyata terdapat pada dinding dorsal. Cacing jantan berukuran 7-9 mm x 0,3mm , memiliki bursa kopulasi bulat dengan dorsal rays dua cabang. Didapat dua spikula yang letaknya berdempetan serta unjungnya terkait. Cacing betina, memiliki ukuran 9-11mm x 0,4mm , pada ujung posterior tidak didapatkan spina kaudal, vulva terletak pada bagian anterior kira-kira pertengahan tubuh.
Bentuk telur Necator americanus tidak dapat dibedakan dari Ancylostoma duodenale.Jumalah telur perhari yang dihasilkan seekor cacing betina Necator americanus sekitar 9000– 10.000.
c.    Siklus hidup
Telur cacing ini, keluar bersama dengan tinja. Di dalam tubuh manusia dengan waktu 1-1,5 hari telur telah menetas dan mengeluarkan larva rabditiform kemudian dalam waktu sekitar 3 hari, larva rabditiform berkembang menjadi larva filariform (bentuk infektif). Larva filariform dapat tahan di dalam tanah selama 7-8 minggu. Infeksi pada manusia terjadi apabila larva filariform menembus kulit atau tertelan.
Siklus hidup cacing ini dimulai dari larva filariform menembus kulit manusia kemudian masuk ke kapiler darah dan berturut-turut menuju jantung kanan, paru-paru, bronkus, trakea, laring dan terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa.
d.      Patologi dan Klinik
Infeksi cacing tambang hakikatnya adalah infeksi menahun sehingga sering tidak menimbulkan gejala akut.Kerusakan jaringan dan gejala penyakit dapat disebabkanm baik oleh larva maupun oleh cacing dewasa. Larva menembus kulit membentuk maculopapula dan eritem, sering disertai rasa gatal yang hebat, disebut ground itch atau drew itch. Waktu larva berada dalam jumlah banyak atau pada orang yang sensitif dapat menimbulkan pneumonitis.
Cacing dewasa melekat dan melukai mukosa usus, menimbulkan persaan tidak enak di perut, mual , diare. Seekor cacing dewasa menghisap darah 0,2 – 0,3ml sehari sehingga dapat menimbulkan anemia yang progresif, hipokrom, mikrositer, tipe defisiensi besi. Biasanya gejala klinik timbul setelah tempak adanya anemi.Pada infeksi berat, Hb dapat turun sampai 2gr%, penderita merasa sesak nafas waktu melakukan kegiatan, lemah dan pusing kepala.Terjadi perubahan pada jantung yang mengalami hipertrofi, adanya bising katup serta nadi cepat. Keadaan demikian akan dapat menimbulkan kelemahan jantung. Jika terjadi pada anak dapat menimbulkan keterbelakangan fisik dan mental

e.       Pencegahan dan Pengendalian

Ø Pencegahan:
·         Menghindari kontak langsung dengan tanah dan tempat kotor lainnya.
·         Hendaknya pembuangan feses pada tempat/WC yang baik.
·         Melindungi orang yang mungkin mendapat infeksi.
·         Pemberantasan melalui perbaikan sanitasi lingkungan
·         Hendaknnya penggunaan tinja sebagai pupuk dilarang, kecuali tinja tersebut sudah dicampur dengan zat kimia tertentu untuk membunuh parasitnya.
·         Penerangan melalui sekolah-sekolah.
·         Menjaga kebersihan diri.
·         Selalu menggunakan sandal atau alas kaki ketika bepergian.
·         Meminum vitamin B12 dan asamfolat.
Ø  Pengendalian:
Pengendalian dilakukan dengan cara pengobatan. Pengobatan yang dilakukan yaitu melalui obat pilihan bernama tetrakloretilen (juga infektif untuk Ancylostoma duodenale ). Obat lain yang bisa digunakan adalah mebendazol, albendazol, pirantelpamoat, bitoskamat, dan befenium hidrosinafoat.

3.      Strongyloides stercoralis
a.    Klasifikasi
Phylum     :  Nemathelminthes
Class         :  Nematoda
Subclass   :
   Adenophorea
Ordo         :   Enoplida
Famili       :  Rhabiditoidea
Genus       :  Strongyloides
Species     :  Strongyloides stercoralis

b.      Morfologi
Cacing ini disebut cacing benang, terdapat bentuk bebas di alam dan bentuk parasitik di dalam intestinum vertebrata. Bentuk parasitik adalah parthenogenetik dan telur dapat berkembang di luar tubuh hospes, langsung menjadi larva infektif yang bersifat parasitik atau dapat menjadi bentuk larva bebas yang jantan dan betina. Bentuk bebas ditandai dengan adanya cacing jantan dan betina dengan esofagus rabditiform, ujung posterior cacing betina meruncing ke ujung vulva terletak di pertengahan tubuh. Bentuk parasitik ditandai dengan esofagus filariform tanpa bulbus posterior, larva infektif dari generasi parasitik mampu menembus kulit dan ikut aliran darah.
Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum. Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2 mm. Cacing dewasa betina memiliki esofagus pendek dengan dua bulbus dan uterusnya berisi telur dengan ekor runcing. Cara berkembang biaknya adalah secara parthenogenesis. Telur bentuk parasitik diletakkan di mukosa usus, kemudian menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja. Cacing dewasa jantan yang hidup bebas panjangnya kira-kira 1 mm, esophagus pendek dengan 2 bulbus, ekor melingkar dengan spikulum. Larva rabditiform panjangnya ± 225 mikron, ruang mulut: terbuka, pendek dan lebar. Esophagus dengan 2 bulbus, ekor runcing. Larva Filariform bentuk infektif, panjangnya ± 700 mikron, langsing, tanpa sarung, ruang mulut tertutup, esophagus menempati setengah panjang badan, bagian ekor berujung tumpul berlekuk.

c.       Siklus Hidup
Parasit ini mempunyai tiga siklus hidup:
1. Autoinfeksi
 
              Telur menetas menjadi larva rabditiform di dalam mukosa usus -> di dalam    usus larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform -> larva filariform menembus mukosa usus, tumbuh menjadi cacing dewasa.
2. Siklus Langsung
 
              Sesudah 2 – 3 hari di tanah, larva rabditiform, berubah menjadi larva filaform dengan bentuk langsing.Bila larva ini menembus kulit manusia, larva tumbuh,masuk ke dalam peredaran darah veha kemudian melalui jantung sampai ke paru-paru. Dari paru, parasit yang mulai dewasa,menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring.Sesudah sampai di laring,tarjadi refleks batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus dan menjadi dewasa.
3. Siklus Tidak Langsung
 
              Pada siklus ini, larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan betina.Cacing betina berukuran 1mm x 0,06mm, dan yang jantan berukuran 0,75 mm x 0.04 mm. Cacing betina mengalami pembuahan dan menghasilkan larva rabditiform yang kemudian menjadi larva filaform. Larva ini masuk ke dalam hospes baru. Siklus tidak langsung ini terjadi apabila lingkungan sekitarnya optimum yaitu sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan bebas parasit ini, misalnya di negeri-negeri tropik beriklim rendah.

d.      Patologi dan gejala Klinis
               Bila larva filaform ini menembus kulit, timbul kelainan kulit yang dinamakan creeping eruption yang disertai denagn rasa gatal yang hebat.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda.Infeksi ringan pada umumnya tidak menimbulkan gejala. Sedangkan pada infeksi sedang, dapat menyebabkan rasa sakit, di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual dan muntah,diare dan konstipasi yang saling bergantian.Pada cacing dewasa yang hidup sebagai parasit, dapat ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan di bebagai alat dalam.


e.       Pencegahan dan Pengendalian
Penularan strongiloidasisdapat dicegah dengan cara menghindari kontak dengan tanah, tinja atau genangan air yang diduga terkontaminasi oleh larva infektif. Tindakan pencegahannya dilakukan sesuai dengan pencegahan penularan infeksi cacing tambang pada umumnya seperti memakai alat-alat yang menyehatkan untuk pembuangan kotoran manusia dan memakai sepatu atau alas kaki waktu bekerja di kebun. Upaya pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai cara penularan, cara pembuatan serta pemakaian jamban.
Pengendalian bisa dilakukan yaitu apabila diketahui seseorang positif terinfeksi, orang itu harus segera diobati. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan obat mebendazol, pirantel pamoat dan levamisol walaupun hasilnya kurang memuaskan. Saat ini obat yang banyak dipakai adalah tiabendazol.
4.    Ancylostoma duodenale
a.    Klasifikasi
Phylum  : Nemathelminthes 
Class  : Nematoda
Subclass  : Secernemtea
Ordo  : Rhabditida
Super famili : Rhabditoidea
Genus  : Ancylostoma
 Species : Ancylostoma duodenale

b.   Morfologi
  • Bentuk menyerupai huruf C
  • Dimulutnya terdapat 2 pasang gigi ventral, 1 pasang gigi dorsal semilunar
  • ♂ : panjang 1,0-1,3 cm, diameter ±0,6  mm,memiliki bursa kopulatriks, 2 buah spikula yang sejajar
  • ♀ : panjang 0,8-1,1 cm, diameter ±0,45 mm,ekor runcing
  • Warna putih kecoklatan atau agak merah muda
c.    Siklus hidup
Telur cacing ini, keluar bersama dengan tinja. Di dalam tubuh manusia dengan waktu 1-1,5 hari telur telah menetas dan mengeluarkan larva rabditiform kemudian dalam waktu sekitar 3 hari, larva rabditiform berkembang menjadi larva filariform (bentuk infektif). Larva filariform dapat tahan di dalam tanah selama 7-8 minggu. Infeksi pada manusia terjadi apabila larva filariform menembus kulit atau tertelan.
Siklus hidup cacing ini dimulai dari larva filariform menembus kulit manusia kemudian masuk ke kapiler darah dan berturut-turut menuju jantung kanan, paru-paru, bronkus, trakea, laring dan terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa
Gambar siklus hidup Ancylostoma duodenale
http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2008/wilson_marc/Hookworm_LifeCycle.gif

d.      Penyakit dan gejala yang ditimbulkan
Menimbulkan penyakit anemia
Kurang gizi.
Gejala yang ditimbulkan pusing, karena kekurangan darah .
Pendarahan.
e.    Pencegahan
Menjaga kebersihan diri.
Menghindari kontak langsung dengan tanah dan tempat kotor lainnya.
Selalu menggunakan sandal atau alas kaki ketika bepergian.
Meminum vitamin B12 dan asam folat.








5.      Trichuris Trichiura
Trichuristrichiura, Biasa disebut trichocephalus dispar atau lebih dikenal dengan nama cacing cambuk, karena secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Hingga saat ini lebih dikenal lebih dari 20 spesies trichuris spp, tetapi yang menginfeksi manusia hanya trichuris trichiura dan trichuris vulpis. Cacing ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia bila menginfeksi dalam jumlah yang banyak.
a.      Klasifikasi
Phylum     :           Nemathelminthes
Class         :           Nematoda
Subclass   :           Adenophorea
Ordo         :          Enoplida
Famili       :           Trichinelloidea
Genus       :           Trichuris
Species     :           Trichuris trichiura
b.      Morfologi
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian enterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk dan cacing betina bentuknya membulat tumpul, sedangkan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum (caecum) dengan satu spikulum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk kedalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3000 – 10.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.
c.       Siklus Hidup
 
           Cacing dewasa hidup di usus besar manusia -> telur keluar bersama tinja penderita -> di tanah telur menjadi infektif -> infeksi terjadi melalui mulut dengan masuknya telur infektif bersama makanan yang tercemar atau tangan yang kotor.
 Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina melatakkan telur kira-kira 30-90 hari.
            Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang, yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif, dalam waktu 3 samapai 6 minggu dalam lingkungan yang lembab dan tempat yang teduh. Cara infektif secara langsung bila kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru.

d.      Patologi dan Gejala Klinis
 
           Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rrektum. Kadang-kadang terlihat di mukrosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi tyrauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya terjadi pendarahan. Di samping ini ternyata cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
 
           Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disehuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis jelas atau sma sekali tanpa gejala, parasit ini ditemukan pada tinja secara rutin.

e.       Pencegahan dan Pengendalian
Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan pengobatan penderita trikuriasis, pembuatan jamban yang baik, pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan perorangan, terutama anak. Mencuci tangan sebelum makan, dan mencuci sayuran yang dimakan mentah adalah penting apalagidinegeri yang memakai tinja sebagai pupuk.






BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
               Manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda ini merupakan masalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penularan cacing Nematoda parasitusus dapat melalui tanah yang disebut Soil transmitted helminth (Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercoralis).
Untuk mencegah infeksi nematoda parasit usus berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan :
1. Mengobati penderita dan massa.
2. Pendidikan kesehatan pribadi dan lingkungan.
3. Menjaga kebersihan makanan atau memasak makanan dengan baik.
4. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah (untuk mencegah infeksi
cacing tambang dan strongiloidiasis).
5. Pembuatan MCK yang sehat dan teratur.
Nematoda usus yang terpenting bagi manusia tediri dari :
a.       Ascaris lumbroicoides
b.       Trichuris trichura
c.        Strongyloides stercolaris
d.    Necator americanus
              e.    Ancylostoma duodenale













Daftar Pustaka

Dachi, Rahmat A. 2005. Hubungan Perilaku Anak Sekolah Dasar Nomor 174593 Hatoguan Terhadap Infeksi Cacing Perut di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2005. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15363/1/mki-des2005-%20(5).pdf. Diakses pada tanggal 17 juni 2015
Entjang, Indan. 2011. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Mardiana, Djarismawati. 2008. Prevalensi Cacing Usus Pada Murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh Di Wilayah Dki Jakarta. www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%207/5-Mardiana.pdf. Diakses pada tanggal 17 juni 2015
Staf Pengajar Departemen Parasitologi FK UI. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Onggowaluyo, Jangkung Samidjo. 2000. Parasitologi Medik 1. Jakarta: EGC